Masjid adalah Rumah Allah
Masjid memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan dakwah Islam dan
penyebaran syiar-syiar agama Islam. Di sanalah tempat didirikan sholat jama’ah
dan berbagai kegiatan kaum muslimin. Seluruh manusia yang membawa perbaikan
terhadap umat Islam ini, merupakan produk ‘jebolan
pendidikan’ yang berawal mula dari masjid.
Masjid adalah wujud bangunan yang pertama didirikan oleh Nabi, sebelum
beliau membuat rumah untuk pribadinya. Hal ini menunjukkan, bahwa masjid
menempati posisi yang paling utama dalam agama Islam. Mendirikan masjid lebih
penting dari pada membuat bangunan lainnya, karena masjid menjadi pusat
pembangunan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan agama.
Masjid adalah bangunan yang istimewa dalam Islam, yang
memiliki status hukum melebihi bangunan-bangunan yang lain.
Di antara kelebihan masjid, adalah dapat dijadikannya tempat i’tikaf
sebagai ibadah mahdhoh. Kita dapat beribadah hanya dengan diam di dalam masjid
dengan niat i’tikaf. Lebih-lebih kalau dalam i’tikaf itu kita membaca ayat-ayat
Al-Quran, dzikir, ataupun tafakkur merenungkan kebesaran Allah SWT...
Keutamaan Masjid
Masjid merupakan sebaik-baik tempat di muka bumi ini. Di sanalah tempat peribadatan seorang hamba kepada Allah, memurnikan ibadahnya hanya untuk Allah semata. Dari sanalah titik pangkal penyebaran tauhid. Allah telah memuliakan masjid-masjid-Nya dengan tauhid. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. (QS. Al Jin: 18)
Masjid merupakan sebaik-baik tempat di muka bumi ini. Di sanalah tempat peribadatan seorang hamba kepada Allah, memurnikan ibadahnya hanya untuk Allah semata. Dari sanalah titik pangkal penyebaran tauhid. Allah telah memuliakan masjid-masjid-Nya dengan tauhid. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. (QS. Al Jin: 18)
Tidak ada tempat yang lebih baik dari pada masjid Allah di muka bumi.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Tempat yang paling
dicintai oleh Allah dalam suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang
paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam suatu ketika pernah ditanya,
“Tempat apakah yang paling baik, dan tempat apakah yang paling buruk?” Beliau
mengatakan, “Aku
tidak mengetahuinya, dan Aku bertanya kepada Jibril tentang pertanyaan tadi,
dia pun tidak mengetahuinya. Dan Aku bertanya kepada Mikail dan diapun menjawab:
Sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-buruk tempat adalah pasar”. (Shohih Ibnu
Hibban)
Menunjukan betapa pentingnya kedudukan masjid di dalam pengembangan agama
Islam. Setelah dari Quba Nabi berangkat ke Yastrib, dan di sana juga
mengutamakan membangun masjid dari pada membangun pemondokannya. Masjid adalah
rumah Allah, di dalam hadits Nabi bersabda, yang artinya : “Masjid itu adalah
rumah bagi orang yang bertaqwa”.
Apabila kita betul-betul termasuk orang-orang yang bertaqwa kepada Allah
SWT, pasti kita senang/betah untuk berhubungan kepada Allah di masjid. Nabi
Muhammad SAW bersabda, yang artinya : “Orang yang betah, orang yang jinak, atau
orang yang suka dengan masjid, niscaya Allahpun suka berhubungan dengan dia”.
Di samping orang yang hatinya cinta kepada masjid/lekat kepada masjid, dia juga
senang beribadah kepada Allah, nanti di akhirat akan mendapat naungan di bawah
naungan Arasy Allah SWT, di hari yang tidak ada teduhan, melainkan teduhan
Allah SWT.
Di dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya : “Ada tujuh macam orang
nanti akan mendapat teduhan, naungan di bawah Arasy ar-Rahman, di hari yang
tidak ada teduhan atau naungan melainkan teduhan Allah saja, di saat orang lain
kepanasan, namun ada tujuh golongan yang selamat tidak ditimpa oleh panas di
padang mahsyar yang begitu terik,salah satu di antaranya adalah seorang
laki-laki yang hatinya selalu lekat kepada masjid, ia senang dan suka beribadah
kepada Allah SWT”.
Di dalam perkataan Ulama disebutkan “orang yang beriman, yang
imannya sejati dia di masjid, bagaikan ikan di air, namun sebalikanya orang
yang munafiq, yang lidahnya saja mengaku beriman tapi di bathinnya tidak,
berada di masjid bagaikan burung di dalam sangkar”. Sekalipun sangkarnya
dari emas, makanannya cukup, minumannya cukup tapi burung itu selalu mencari
celah-celah di mana ia bisa keluar Marilah kita kembali kepada tuntunan Nabi
Muhammad SAW, kita senang di masjid, barang siapa yang datang ke masjid lalu
dia niat ‘itikaf, maka dia akan diampuni dosanya oleh Allah SWT. Marilah kita
memohon taufiq kepada Allah SWT, mudah-mudahan semakin tebal iman kita semakin
cinta pula kita kepada masjid yang merupakan baitullah (rumah Allah).
Masjid adalah pasar akhirat, tempat bertransaksinya seorang hamba dengan
Allah. Di mana Allah telah menawarkan balasan surga dan berbagai kenikmatan di
dalamnya bagi mereka yang sukses dalam transaksinya dengan Allah.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Masjid adalah rumah
Allah di muka bumi, yang akan menyinari para penduduk langit, sebagaimana
bintang-bintang di langit yang menyinari penduduk bumi”
Orang yang membangun masjid, ikhlas karena mengharap ganjaran dari Allah
ta’ala akan mendapatkan ganjaran yang luar biasa. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,“Barang siapa yang membangun suatu masjid,
ikhlas karena mengharap wajah Allah ta’ala, maka Allah ta’ala akan membangunkan
rumah yang semisal di dalam surga.”(Muttafaqun’alaihi)
Dahulu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam hendak berjihad,
berperang melawan orang-orang kafir, sebelum beliau menyerang suatu negeri,
beliau mencari apakah ada kumandang suara adzan dari negeri tersebut atau
tidak. Apabila beliau mendegar adzan maka beliau tidak jadi menyerang, namun
bila tidak mendengar maka beliau akan menyerang negeri tersebut. (Muttafaqun
’alaihi)
Hal ini menunjukkan bahwa syiar-syiar agama yang nampak dari masjid-masjid
kaum muslimin merupakan pembeda manakah negeri kaum muslimin dan manakah negeri
orang-orang kafir. Adanya masjid dan makmurnya masjid tersebut dengan berbagai
syiar agama Islam, semisal adzan, sholat jama’ah dan syiar lainnya, merupakan
ciri bahwa negeri tersebut begeri kaum muslimin. (‘Imaratul Masajid, Abdul Aziz
Abdullah Al Humaidi)
Di antara ibadah yang sangat agung kepada Allah ta’ala adalah memakmurkan
masjid Allah, yaitu dengan cara mengisinya dengan ketaatan kepada Allah dan
Rasul-Nya. Bentuk memakmurkan masjid bisa pemakmuran secara lahir maupun batin.
Secara batin, yaitu memakmurkan masjid dengan sholat jama’ah, tilawah Al-Quran,
dzikir yang syar’i, belajar dan mengajarkan ilmu agama, kajian-kajian ilmu dan
berbagai ibadah yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Sedangkan pemakmuran masjid secara lahiriah, adalah menjaga fisik dan
bangunan masjid, sehingga terhindar dari kotoran dan gangguan lainnya.
Sebagaimana diceritakan oleh Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, Rasulullah pernah
memerintahkan manusia untuk mendirikan bangunan masjid di perkampungan, kemudian
memerintahkan untuk dibersihkan dan diberi wangi-wangian. (Shohih Ibnu Hibban,
Syuaib Al Arnauth mengatakan sanad hadits tersebut shahih sesuai syarat
Bukhari)
Salah satu syiar agama Islam yang sangat nampak dari adanya masjid Allah,
adalah ditegakkannya sholat lima waktu di dalamnya. Ini pun merupakan salah
satu cara memakmurkan masjid Allah ta’ala. Syariat Islam telah menjanjikan
pahala yang berlipat bagi mereka yang menghadiri sholat jama’ah di masjid. Di
sisi lain syariat memberikan ancaman yang sangat keras bagi orang yang
berpaling dari seruan sholat berjama’ah.
Suatu ketika, tatkala tiba waktu sholat, Rasulullah berkeinginan meminta
seseorang untuk mengimami manusia, kemudian beliau pergi bersama beberapa orang
dengan membawa kayu bakar. Beliau berkeinginan membakar rumah orang-orang yang
tidak menghadiri sholat jama’ah. Hal ini menunjukkan bahwa sholat jama’ah di
masjid adalah wajib, karena ada hukuman bagi mereka yang meninggalkannya.
Rasulullah bersabda, “Shalat seseorang (di masjid dengan
berjama’ah) itu dilebihkan dengan 25 derajat dari shalat yang dikerjakan di
rumah dan di pasar. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kalian berwudhu
kemudian menyempurnakan wudhunya lalu mendatangi masjid, tak ada keinginan yang
lain kecuali untuk shalat, maka tidaklah ia melangkah dengan satu langkah pun
kecuali Allah mengangkatnya satu derajat, dan terhapus darinya satu kesalahan…”(Muttafaqun ‘alaihi,
dari shahabat Abu Hurairah)
‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan, “Barangsiapa yang ingin
berjumpa dengan Allah kelak dalam keadaan muslim, maka hendaklah dia menjaga
sholat lima waktu tatkala dia diseru (dengan adzan). Sesungguhnya Allah telah
mensyariatkan sebuah sunnah yang agung, dan sholat berjamaah adalah diantara
sunnah tersebut. Seandainya kalian sholat di rumah-rumah kalian, sebagaimana
yang dilakukan oleh orang-orang belakangan, maka sungguh kalian telah
meninggalkan sunnah Nabi kalian. Jika kalian telah meninggalkan sunnah Nabi
kalian, maka sungguh kalian telah berada dalam kesesatan.” (HR. Muslim)
Setelah nampak di hadapan kita kabar tentang pahala bagi orang yang
menghadiri sholat jama’ah di masjid, dan ancaman bagi orang yang tidak
menghadirinya, lantas masih adakah rasa berat di dalam hati kita untuk
melangkah memenuhi seruan adzan? Allahul Muwaffiq.
Rasulullah pernah bersabda, bahwa kelak di hari kiamat ada tujuh golongan
manusia yang akan mendapatkan pertolongan dari Allah ta’ala. Salah seorang
di antaranya adalah para pecinta masjid. “Ada tujuh golongan manusia yang akan
mendapatkan naungan dari Allah, tatkala tidak ada naungan selain naungan-Nya…
Seseorang yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid…” (Muttafaqun ‘alaihi).
Ibnu Hajar rahimahullahu menjelaskan makna hadits tersebut, “Hadits ini menunjukkan
bahwa orang tersebut hatinya senantiasa terkait dengan masjid meskipun jasadnya
terpisah darinya. Hadits tersebut juga menunjukkan bahwa keterkaitan hati
seseorang dengan masjid, disebabkan saking cintanya dirinya dengan masjid Allah
ta’ala”. (Lihat Fathul Bari)
Lalai dengan Pemakmuran Masjid
Banyak di antara kaum muslimin, sangat semangat dalam mendirikan dan
membangun masjid. Mereka berlomba-lomba menyumbangkan banyak harta untuk mendirikan
bangunan masjid di berbagai tempat, setelah masjid berdiri pun tidak lupa untuk
menghiasnya dengan hiasan yang bermegah-megahan. Namun setelah bangunan beserta
hiasan berdiri tegak, justru mereka tidak memanfaatkan masjid tersebut untuk
solat jama’ah dan ibadah lainnya. Mereka sangka sumbang sih mereka dengan harta
dan modal dunia tersebut sudah mencukupinya.
Saudaraku, memakmurkan masjid tidak semata-mata makmur secara fisik,
memakmurkan masjid yang hakiki adalah dengan ketaatan kepada Allah, yaitu
dengan sholat jama’ah, tilawah Al quran, pengajian-pengajian ilmiah dan lain
sebagainya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhabarkan bahwa hal
yang demikian merupakan salah satu tanda datangnya hari kiamat, “Tidaklah tegak
hari kiamat sampai ada manusia yang bermegah-megahan dalam membangun masjid”
(HR. Abu Dawud, dinilai shohih oleh Syaikh Al Albani)
Imam Al Bukhari rahimahullahu berkata dalam kitab shahihnya, Anas berkata,
“Orang-orang bermegah-megahan dalam membangun masjid, mereka tidak memakmurkan
masjid tersebut melainkan hanya sedikit. Maka yang dimaksud dengan
bermegah-megahan ialah bersungguh-sungguh dalam memperindah dan menghiasinya”.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata , “Sungguh kalian akan memperindah
dan menghiasi masjid sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani memperindah dan
menghiasi tempat ibadah mereka”. (HR. Bukhari, Kitab Ash-Shalah, Bab Bunyanil
Masajid) Di ambil dari berbagai sumber.( Hanya untuk mengingat kan Admin )
Komentar
Posting Komentar